Halo temaans~! gimana hari pertama masuk kerja? malas? susah move-on dari libur panjang? atau malahan happy? (yeah right, happy, blaahh) apapun perasaannya yang penting kalian masih tetap semangat buat melakukan hal-hal yang seru pada tahun ini!
Salah satu kesempatan melakukan hal seru tahun ini datang kepada saya tepat pada tanggal satu kemarin, waktu orang-orang masih pada teler gara-gara begadang tahun baruan atau kebanyakan minum pas party-party akhir tahun.
Yup, saya ditawari jadi karyawan "cabutan" selama tiga hari pada salah satu angkringan yang mahal dan jahat di kota bogor!
Kenapa saya bilang itu angkringan mahal dan jahat? well, sekarang coba saya tanya, apa yang terbayang di pikiran kalian saat diajak makan ke angkringan? pasti kalian akan terbayang tempat yang sederhana, makan nasi kucing seharga seribu perak, sate bacem tempe seharga lima ratus perak, makan di kursi dekat gerobak sambil ngangkring angkat kaki sebelah sambil ngobrol-ngobrol santai sama abang penjualnya, dengan hanya merogoh kocek dibawah 20 ribu kalian udah bisa kenyang dan happy semalaman.
Nah, kalo angkringan yang ini beda. gerobaknya sih masih tetap ada, tapi hanya dikuasai sama abang penjaganya plus makanan yang berderet prasmanan di depannya. tempat duduk disini malahan kayak cafe dan misah-misah, lesehan nya cuma beberapa aja, dan yang paling nyebelin adalah harga nya yang benar-benar muahaaaalll untuk tempat makan sekelas angkringan! wedang jahe yg notabene cuma jahe campur pandan sama cabe jawa aja dibandrol lima ribu perak segelas, itu juga jahe nya gak berasa. pisang bakar harganya 7500 perak dengan ukuran pisang yang keciiiiiillllllll banget sama meises seadanya plus keju parut tipis-tipis. kalo mahal dan porsinya sesuai sih yaa gak apa-apa, lah ini udah porsinya seuprit, rasa gak enak, udah gitu mahal pulaa~! cih ! rugi bandar deh jajan di situ, gak sesuai banget sama semangat angkringan yang jago di rasa ramah di kantong.
Pemilik angkringan tersebut adalah tante tetangga rumah saya yang memang business oriented banget. gak mau menyia-nyiakan peluang untuk dapat keuntungan selama karyawan angkringannya pulang kampung, dia pun menawari saya buat mengelola angkringan dia dari jam 5 sore sampai jam 12 malam dengan upah hanya 25 ribu semalam! kerjaan nya? bikin plus ngeracik wedang jahe dan berbagai macam minuman, ngeracik bumbu buat ngebakar aneka sate, melayani pesanan, jadi kasir, sampai cuci piring kotor! kalo secara logika sih upah segitu bener-bener gak worth to get banget, mengingat mbak-mbak warteg aja gajinya 35ribu sehari dan kerjanya cuma ngambil-ngambil nasi sama lauk doang. Nevermind, lagian saya juga gak nyari duitnya kok! saya cuma mau iseng aja cari pengalaman sama have fun disana.
Hari pertama kerja sih masih rada canggung buat takaran wedang jahe, wedang uwuh, roti bakar, pisang bakar dan lain sebagainya, untungnya diajari egi, si anak akunting dari Universitas Negeri Solo yang jadi karyawan cabutan juga sambil nunggu panggilan kerja di salah satu perusahaan di Bogor. sebenarnya sih dia juga gak begitu setuju sama konsep angkringan yang mahal dan jahat ini secara waktu jadi anak kos di solo selalu mengandalkan angkringan untuk bertahan hidup di tanggal tua. sama seperti saya, dia juga merasa gak enak hati saat menyajikan pisang bakar yang keciiilll abis dan harganya mahal itu kepada pengunjung.
kita juga merasa kasihan sama mas-mas yang makan nasi kucing lahap banget sampai lima bungkus sambil nambah sate telur puyuh atau sate kikil sepuluh tusuk dan akhirnya mukanya pucat waktu tahu harus membayar 60 ribu untuk hidangan sederhana itu. yups, nasi kucing seuprit begitu dihargai 4 ribu perak sebungkus dan sate usus, kikil, atau ampela juga 4 ribu perak per tusuk dengan ukuran yang sama seperti yang dijual di tukang bubur ayam yang harganya cuma seribu perak per tusuk.
kita juga merasa kasihan sama mas-mas yang makan nasi kucing lahap banget sampai lima bungkus sambil nambah sate telur puyuh atau sate kikil sepuluh tusuk dan akhirnya mukanya pucat waktu tahu harus membayar 60 ribu untuk hidangan sederhana itu. yups, nasi kucing seuprit begitu dihargai 4 ribu perak sebungkus dan sate usus, kikil, atau ampela juga 4 ribu perak per tusuk dengan ukuran yang sama seperti yang dijual di tukang bubur ayam yang harganya cuma seribu perak per tusuk.
Gara-gara itu, akhirnya banyak pengunjung yang shock, marah, sampai-sampai ban mobil saya dikempesin sebelah sama salah satu pengunjung, yang untungnya baru saya sadari saat sudah sampai di rumah pada pukul setengah dua malam. kebayang kan kalo harus dongkrak mobil tengah malem di jalanan?
Kesempatan buat merubah angkringan ini datang pada hari kedua. si tante pemilik yang merasa bahwa kita udah bisa meng-handle itu angkringan akhrinya pergi ngeloyor entah kemana dan bilang gak akan balik-balik lagi sampai angkringan tutup. pas banget! pikir saya. akhirnya saya meracik ulang bumbu dan takaran di angkringan itu supaya pengunjung gak merasa rugi telah membayar mahal-mahal. nasi kucing yang mahal itu saya tawari untuk dipanggang di atas arang (yang ternyata jadinya enak banget! banyak pengunjung yang suka dan nambah bolak balik), sate yang mahal itu juga saya panggang lagi dengan bumbu racikan kecap, mentega, sereh, cabe, plus lada. roti bakar dan pisang bakar saya banyakin takaran keju dan cokelat nya, dan wedang jahe saya tambahin sepotong jahe tumbuk di setiap gelasnya hingga rasa jahe nya terasa banget. benar saja, saat selesai membayar makanan mereka, pengunjung selalu lewat di depan tempat saya dan bilang "makasih yaa maass~!" dan ada juga yg bilang "mantep banget bakaran nya" dan minta beberapa dibungkus untuk dibawa pulang ke rumah.
tanda bahwa kita berhasil merubah angkringan ini adalah banyaknya pengunjung yang datang kembali pada hari ke-tiga dan membawa serta rombongan teman atau keluarganya. dan permintaan mereka selalu sama: wedang jahe, nasi kucing bakar dan aneka sate dengan racikan bumbu yang saya buat seperti kemarin.
berhubung si tante udah jarang datang ke angkringan, jadi saya dan egi bebas buat bercanda-canda dan ledek-ledekan sama pengunjung. mulai dari karyawan kantoran, anggota LSM lingkungan dan auditor pemerintahan (yang kaget ternyata penjaga angkringan nya bisa nyambung diajak ngobrol isu kehutanan dan paham ISO 14001 Enviromental Management System) caleg yang rapat buat kampanye plus pemasangan baliho ("dukung saya yah dek" katanya pada saya) bahkan sempat juga ada rombongan mahasiswi yang nekat minta foto bareng di gerobak angkringan dan minta tuker-tukeran kontak whatsapp sama kita :)
dan saya cuma bisa nyengir sambil berkata ke egi : "kayak gini kan konsep angkringan yang lo maksud?"
sambil nyengir puas dia berkata "yoi, ini baru namanya angkringan. lebih fun dan merakyat!"
Anyway, yesterday was my last day at angkringan, dan akhirnya saya gak usah begadang-begadang lagi sampai jam dua pagi.
menyesal pernah kerja di sana? O tentu tidak, malahan saya puas udah bisa merubah image angkringan yang mahal dan jahat itu jadi tempat yang menyenangkan buat nyantai, bersosialisasi, dan setiap orang bisa dengan bebas ngobrol dan kenalan sama siapa saja, walaupun itu cuma sementara karena yang terakhir saya dengar, angkringan tersebut kembali pada konsep semula dengan makanan yang mahal dan porsi yang sedikit.
yah mungkin karena terpaksa karena harus membayar sewa ruko (yes, actually that angkringan located inside the ruko) serta upah pegawai dan bahan baku yang semakin mahal. in fact, gaji saya aja belum dibayar sama si tante, padahal selama saya dan egi kerja disana, hasil penjualan di angkringan tersebut merupakan penjualan terbesar selama angkringan tersebut buka, khususnya hasil penjualan pada hari ke tiga saat saya dan egi bekerja disana.
but overall saya puaaaaassss bangeeettt~!!
akhirnya saya bisa tau rasanya mengelola suatu usaha kuliner berdasarkan idealisme saya. tempat makan yang jago di rasa, ramah di kantong, dan suasananya nyaman untuk hang-out dan meng-akrabkan diri dengan pengunjung.
egi pernah bertanya sama saya:
"kok bisa kepikiran sih buat ngeracik bumbu sate, ngebakar nasi kucing, sama ide ajaib entah apalah itu dan anehnya pengunjung kok pada suka yaa?"
yaa simple aja sih, bayangin aja kita ada di posisi pengunjung yang dapet makanan gak enak, porsinya sedikit dan harus keluar uang banyak sewaktu bayar di kasir dan muka yang jualannya juga gak ramah. pastinya kita kapok dan gak mau dateng lagi kaan? dan kita juga pasti cerita ke teman dan keluarga supaya gak berkunjung ke tempat itu lagi.
rahasia yang ke dua, selalu ramah sama pengunjung, but i really avoid the term that say "pengunjung adalah raja" karena saya juga bakalan risih sama pelayan yang terlalu ramah. Saya selalu menganggap pengunjung adalah keluarga dimana mereka bisa bebas cerita apa saja, bercanda sama kita dan kita juga bisa menegur kalau perbuatan mereka dirasa menggangu pengunjung yang lainnya. pernah loh ada pengunjung yang baru sehari kenal langsung akrab, memilih untuk membakar sendiri pesanannya, menyusun sendiri piringnya dan membawa sendiri sampai ke meja.
dan rahasia ke tiga adalah karena saya hobi jajan dan udah pernah nyobain sebagian besar angkringan dan jajanan kaki lima di kota Bogor, jadi bisa membandingkan rasa, harga, dan ide-ide unik yang membuat angkringan kita semakin asik.
it's quite simple actually,
just be honest, fun, and friendly,
just like simply shoot and share ! :)
Angkringan yang di Jl Jend.Sudirman deket Prodia...murmer lohhh...yang nongkrong kebanyakan para ababil..hehe
BalasHapusHai kancil ! long time no see yaa ~
Hapusada angkringan juga toh di airmancur? bolee..bolee.. kapan-kapan kita cobain disana yaa :)
pengalaman 3 hari di angkringannya super seru :)
BalasHapusALLAHUAKBAR~!! BLOG KU DIBACA PLUS DAPAT KOMEN DARI INDI~!!
Hapus*screnshoot mana screenshot?*
Hahahaa!! iyaa seru bangeet! paling seru itu pas malem minggu, pengunjung yang dateng banyak banget, mesen macem-macem sambil ngajak becandaan terus! ada kali lima jam berdiri nonstop sambil ngeracik menu, bakar-bakar plus bercanda sama pengunjung!
btw makasih yaa indi udah mau nyasar ke blog ini~!
keep simply shoot and share! :)
Baru baca !!! kkkkkk... untung belom dipecat udah resign :)))
BalasHapus